Kolaka Utara, Radarsultra.co.id – Debat pilkada Kolaka Utara berlangsung demokrasi ditandai dengan perdebatan antara masing-masing paslon dalam menyampaikan visi misi untuk membangun Kolaka Utara lebih maju.
Pengamat politik, Eka Suaib mengungkapkan bahwa debat tersebut memberikan gambaran bahwa Kabupaten Kolaka Utara kaya akan sumber daya alam (SDA) namun sumber daya manusia (SDM) belum maksimal.
“Debat kali ini di Kolaka Utara sangat demokrasi, gambarannya bisa kita amati ketika masing-masing paslon memperdebatkan masalah yang sama, Kabupaten Kolaka Utara yang kaya akan SDA namun kurang dikelola dengan baik oleh manusia, SDM belum maksimal,” ungkap Eka saat ditemui wartawa radarsultra.co.id usai menjadi panelis debat terbuka di Gedung Juang Patampanua, Rabu (8/2/2017).
“Masalah-masalah yang diperdebatkan tentang kesenjangan ekonomi, pertumbuhan ekonomi Kolaka Utara yang lebih tinggi dari Provinsi Sultra, namun angka kemiskinan yang masih tinggi, pengangguran dan efek dari aktivitas pertambangan,” tambahnya.
Masing-masing paslon telah menyampaikan visi misi dan menawarkan program untuk mengatasi persoalan-persoalan kesejahteraan masyarakat Kolaka Utara.
“Dalam debat menggambarkan bahwa paslon nomor urut satu menjadi bagian dari masa lalu pemerintahan Kolaka Utara dari dinas pertambangan yang memiliki visi melanjutkan pemerintahan sebelumnya, sementara keliatan paslon nomor urut dua juga bagian dari masa lalu yakni wakil bupati non aktif yang menunjukkan rasa kecewa atas pemerintahan sebelumnya,” papar Eka.
Sedangkan, lanjut Eka, paslon nomor urut tiga menjadi sebuah alternatif calon kepala daerah ketika paslon nomor urut satu dan dua memperdebatkan pemerintahan sebelumnya dibawah kepemimpinan Rusda Mahmud.
Eka berharap dengan diselenggarakannya debat terbuka maka akan memberikan pengaruh terhadap masyarakat yang telah memiliki pilihan dan para pemilih yang belum memiliki pilihan.
Moderator debat, Zainal Arifin Mochtar mengatakan Kolaka Utara begitu menarik karena kaya akan SDM dan SDA. Dari ketiga paslon terlihat sangat berkompetisi dalam debat dan kemudian saya menilai masih dalam hal yang wajar karena kualitas demokrasi perlu ada sisi seperti itu, debat untuk menyuarakan aspirasi dan silahkan mereka memilih.